Full Day School Ajang Peningkatan Mutu SMP 1 Labuhan Badas   

SUMBAWA – Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Sumbawa yang menerapkan lima hari sekolah bertambah. Kini menjadi 12 sekolah. Itu setelah SMP Negeri 1 Labuhan Badas, menyusul 11 sekolah lainnya yang terlebih dahulu menerapkan pola belajar yang biasa disebut full day school tersebut.

Sekolah ini awalnya memang tidak menerapkan kebijakan tersebut. Bahkan saat sekolah lainnya melakukan uji coba. Full day school ini baru diterapkan ketika memasuki Tahun Pelajaran 2022/2023.

“Awalnya sekolah kami nda ikut itu (full day school). Tapi sejak dilantik (jadi kepsek) saya mohon izin ke Dinas Dikbud Sumbawa, supaya SMP 1 Labuhan Badas ini ikut full day school juga. Alhamdulillah, dapat izin dan sudah di SK kan,” kata Kepala SMP Negeri 1 Labuhan Badas, Punijan, S.Pd, saat ditemui di sekolahnya, Selasa (23/8).

Ada berbagai pertimbangan kenapa SMP 1 Labuhan Badas, akhirnya memilih menerapkan juga full day school ini. Selain lokasinya berada dalam Kota Sumbawa, kata Punijan, mayoritas orang tua siswa di sekolahnya bekerja sebagai ASN, yang juga menerapkan lima hari kerja.

Ia berpandangan waktu berkumpul siswa dengan orang tua pada hari libur (Sabtu dan Minggu), makin banyak. Dengan begitu tanggungjawab orang tua untuk ikut mendidik anak-anaknya juga bertambah.

Alasan lainnya lanjut Pon, sapaan akrabnya, ia ingin meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya. Sejumlah program yang dapat mewujudkan itu pun dirancang lewat penerapan full day school ini, terutama yang bersifat pembinaan kepada siswa.

Seperti pada hari Selasa. Di hari itu kata dia, ada kegiatan literasi dasar di sekolahnya. Mulai dari membaca, menulis sampai merangkum. Siswa juga diminta untuk mendiskripsikan apa yang sudah dibacanya kepada siswa lain dan guru. “Kenapa ini dipilih karena salah satu kelemahan kami itu ada di literasi dasarnya,” ujarnya.

Baca Juga:  Selamat, SMAN 1 Sumbawa Raih 4 Penghargaan AiSO 2022

SMP 1 Labuhan Badas juga melaksanakan kegiatan literasi inpirasi setiap hari Rabu. Tokoh masyarakat, pejabat hingga alumni di sekolah tersebut yang sudah sukses didatangkan. Pengalaman hidup orang-orang sukses ini diharapkan dapat memotifasi para siswa untuk lebih giat belajar agar kelak dapat mengikuti jejak mereka.

Sementara hari Kamis ada kegiatan literasi budaya. Di sini siswa diminta untuk menggunakan bahasa daerah Sumbawa saat berkomunikasi dengan siswa lain maupun dengan warga sekolah. Pengecualian saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Tetap menggunakan bahasa Indonesia. Tapi guru dan siswa dapat menyelipkan bahasa Sumbawa saat membahas materi pelajaran di dalam kelas.

“Sengaja hari Kamis ini kami suruh anak-anak pakai bahasa daerah (Sumbawa) karena banyak diantara mereka (siswa) yang sudah tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa Sumbawa, padahal asli orang Sumbawa. Setiap minggu di hari Kamis ini kami juga tetap menampilkan kegiatan seni dan budaya. Ini upaya sekolah untuk memperkenalkan sekaligus melestarikan adat budaya Tana Samawa kepada seluruh siswa SMP 1 Labuhan Badas,” terang Pon.

Sedangkan di hari Jum’at digunakan sekolah untuk melaksanakan kegiatan literasi al- qur’an. Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan hataman al-qur’an yang kemudian ditampilkan kepada siswa lain dan juga gurunya. Bagi siswa non muslim pihak sekolah mendatangkan langsung pembimbing untuk memberikan pembinaan ketakwaan kepada siswa.

Peningkatan imtaq ini menurut Pon, jadi fokus utama sekolahnya. Sebab ia menilai adab lebih penting dari sekedar ilmu.

Lebih lanjut mantan Kepala SMP 1 Unter Iwis ini mengatakan, diawal penerapan full day school di sekolahnya siswa kerap merasakan kantuk. Terutama sesaat setelah ishoma (istirahat, sholat, makan) atau ketika istirahat kedua pukul 12.25 sampai 13.25 Wita. Kondisi yang sama juga kerap dirasakan oleh guru. Maklumlah sebelum full day school ini diterapkan siswa dan guru biasanya jam 1 siang sudah pulang istirahat di rumahnya masing-masing. Seiring berjalannya waktu, kini warga sekolah sudah terbiasa dengan hal itu.

Baca Juga:  Dua Guru SMAN 2 Sumbawa Dikirim Belajar ke Australia

Penerapan full day school di SMP 1 Labuhan Badas, sudah berjalan selama 8 minggu. Pon menegaskan, ada beberapa hal yang harus dievaluasi agar penerapannya berjalan lebih maksimal lagi. Khususnya saat jam istirahat kedua yang berlangsung selama 1 jam dari pukul 12.25 hingga 13.25 Wita. Ke depan, ia menginginkan ada waktu sekitar 15 menit ketika jam istirahat kedua ini yang digunakan siswa untuk istirahat (tidur).

“Kan istirahat kedua ini waktunya cukup panjang (1 jam). Tidak ada salahnya  dimanfaatkan anak-anak untuk tidur sekitar 15 menit setelah sholat zhuhur berjamaah dan makan. Agar apa, supaya anak-anak kondisinya kembali fresh saat menerima pelajaran lagi. Biar waktu istirahat 1 jam ini bisa terdistribusi dengan baiklah. Sedang kita evaluasi. Semoga di semester dua nanti bisa diterapkan,” ungkapnya.

Terlepas dari itu semua, Pon menegaskan efektifitas full day school sangat bagus terutama dalam menunjang proses KBM. Kegiatan siswa selama berada di lingkungan sekolah dapat dikontrol dengan baik. “Sholatnya anak-anak yang selama di rumah mungkin pengawasannya agak kurang, sekarang lebih terkontrol. Begitu juga dengan makannya, lebih teratur,” pungkasnya. (PS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *