SUMBAWA – Puluhan pelajar dari berbagai SMA/SMK di Kabupaten Sumbawa, mengikuti SMANET Tournamen Cup atau pertandingan Electronic Sports (E-Sports). Kompetisi permainan video multiplayer itu, diinisiasi Pengurus OSIS SMA Negeri 4 Sumbawa.
Kompetisi yang di pusatkan di lapangan sekolah setempat itu, berlangsung selama dua hari. Mulai dari Sabtu 6 November 2021 hingga Minggu 7 November 2021.
Menurut Panitia SMANET Tournamen Cup, M Irsan Maulana, ada dua game online populer yang dipertandingkan. Yakni PUBG Mobile dan Mobile Legends.
Pertandingan Mobile Legends diikuti 17 tim. Tiap tim terdiri 5 orang. Sedangkan PUBG Mobile diikuti 11 tim, terdiri dari 4 orang dalam satu tim. Mereka berangkat dari berbagai sekolah. Tidak hanya dari Kabupaten Sumbawa, tapi juga dari Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).
”Pesertanya ada juga yang dari KSB. SMAN 1 Taliwang, SMAN 2 Taliwang dan SMKN 1 Taliwang,” sebutnya.
Menurut Irsan, sistem pertandingan game online ini sangat sederhana. Dalam pertandingan Mobile Legends, semua peserta akan bermain 10 babak. Tim yang berhasil mendapatkan point terbanyak di tambah perolehan Kill (jumlah hero yang berhasil dibunuh), itulah pemenangnya.
Di PUBG lebih sederhana lagi. Dua tim akan dipertandingkan dalam satu room. Yang kalah gugur, yang menang bisa lanjut ke tahap selanjutnya. Bagi tim yang berhasil bertahan hingga akhir pertandingan, itulah pemenangnya.
Dalam pertandingan ESport antar pelajar ini, OSIS SMAN 4 Sumbawa, menghadirkan Pengurus Daerah Esport Indonesia (ESI) Kabupaten Sumbawa, sebagai dewan juri. ”Yang juara dapat hadiah piala, uang tunai dan piagam,” tandas Irsan.
Kepala SMA Negeri 4 Sumbawa, Dra. Tutik Wahyuni, M.Pd., menyambut baik adanya pertandingan tersebut. Terlebih, Esport bukanlah permainan game online biasa, melainkan sudah menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan di skala daerah bahkan nasional.
Tak dipungkiri, era digital seperti sekarang ini, anak dan game seakan sulit dipisah. Hadirnya Esport sebagai cabang olahraga menggeser game yang semula sekedar hobi menjadi prestasi. ”Saya menanggapi dengan positif. Merubah hobi menjadi prestasi,” kata Tutik.
Namun demikian, pihak sekolah dan orang tua tetap mesti waspada. Jangan sampai anak bermain game secara berlebihan. Gara-gara game, anak menjadi lupa akan pendidikan dan masa depan mereka.
”Dan yang terpenting lagi, orang tua harus tetap mengarahkan anaknya. Tinggal bagaimana orang tua mengarahkan, kapan anak main dan kapan belajar. Waktunya kita cerdas berdigital,” pungkasnya. (PS)