SUMBAWA – Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) jenjang SMP tahun 2021, mulai dilaksanakan pada tanggal 4—7 Oktober 2021 mendatang. Karena keterbatasan fasilitas, tak sedikit SMP yang terpaksa harus numpang di sekolah lain.
Untuk menghadapi ANBK, berbagai persiapan telah dilakukan. Mulai dari sosialisasi, simulasi hingga gladi. Simulasi tahap pertama sduah digelar 23—26 Agustus 2021 lalu.
Simulasi tahap kedua digelar 30 Agustus hingga 2 September 2021 lalu. Dilanjutkan dengan gladi pertama 6—9 September 2021, dan gladi kedua 13-16 September 2021. ”Persiapan ANBK di Sumbawa, sudah tidak ada masalah. Semua terkondisikan dengan baik. Baik yang mandiri maupun yang numpang,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Sumbawa, melalui Kasi Kurikulum dan Peserta Didik Bidang Pembinaan SMP, Sudarli, S.Pt,, M.Si., belum lama ini.
Tak hanya itu, Dikbud Sumbawa juga telah berkordinasi dengan PLN Sumbawa. Ini untuk memastikan tidak pemadaman listrik selama ANBK berlangsung. ”Sudah kita bersurat ke PLN,” terangnya.
Dari 108 SMP, 69 di antaranya akan melaksanakan ANBK secara mandiri. Sementara sisanya masih nebeng fasilitas di sekolah terdekat. Menurut Sudarli, untuk bisa menggelar ANBK mandiri sekolah harus punya minimal 5 unit PC, memiliki server serta memiliki kesiapan jaringan listrik dan internet.
Ada tiga sistem pelaksanaan ANBK. Sistem online, semi online dan offline. Di Sumbawa, hampir rata-rata menggunakan sistem semi online. Dikarenakan kondisi sinyal internet yang tidak stabil. ”Ada beberapa wilayah yang offline. Tidak ada sinyal sama sekali, di SMPN 1 Ropang dan SMPN 3 Labuhan Badas,” ungkap Sudarli.
Perbedaan ANBK online, semi online dan offline terletak pada teknis pelaksanaannya. Dalam sistem online, semua terkoneksi langsung ke server pusat. Bahkan, pelaksanaannya dikontrol langsung via zoom.
Semi online, soal diupload di server pusat kemudian dimasukkan ke server sekolah penyelenggara. Soal baru bisa dibuka pada hari H sebab token dan pasword soal baru diberikan pada hari pelaksanaan ANBK. ”Token dan pasword diterima oleh proktor yang bertugas dalam ruangan. Setelah menjawab tuntas sampai akhir, baru jawaban dikirimkan oleh proktor ke pusat. Ada dua teknis. Bisa hari itu terkirim bisa sekaligus di hari terakhir,” terangnya.
Sedangkan sistem offline kebalikan dari sistem online. Soal dan token diberikan duluan, tapi baru dibuka pada saat pelaksanaan ANBK. ”Ambil soal di tempat ada sinyal, dimasukkan ke server sekolah. Begitu juga dengan pengiriman, diambil di server sekolah lalu dikirim ke pusat,” imbuhnya.
Berbeda dengan USBN maupun UNBK, ANBK adalah pemetaan mutu pendidikan pada seluruh sekolah. Ada tiga instrumen dalam ANBK. Pertama yakni Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). Mengukur literasi dan numerasi peserta didik.
Kedua, survey karakter. Mengukur sikap, kebiasaan, nilai-nilai sebagai hasil belajar non kognitif. Ketiga, survey lingkungan belajar. Mengukur kualitas pembelajaran dan iklim sekolah yang mendukung pembelajaran.
Dalam ANBK, tidak semua siswa dilibatkan. Untuk jenjang SMP hanya 45 siswa 5 di antaranya cadangan. ”Bagi kepala sekolah yang memegang dua sekolah (Plt di sekolah lain) maupun guru yang mengajar di dua tempat, wajib ikut ANBK di kedua sekolah,” tandasnya. (PS)