iklan

Tentukan Dirut Perumdam Batu Lanteh, Pengamat : Pendekatan Politis atau Substantif 

SUMBAWA – Hasil tiga besar seleksi Calon Direktur Perumdam Batu Lanteh telah diumumkan ke publik. Mereka adalah H. Abdul Hakim SE (politisi), Abdul Muis SE (karyawan karier di internal Perumdam), dan Yeyen Febrianto, ST., M.M.Inov (akademisi). Nama ketiganya kini sudah berada di meja Bupati Sumbawa selaku Kuasa Pemilik Modal (KPM) untuk menentukan satu orang di antaranya. Meski bukan rahasia lagi, publik sudah mengetahui siapa yang akan dipilih Bupati.

Terhadap hal ini, Pengamat Kebijakan Publik, Heri Kurniawansyah HS, S.AP., MPA, memberikan pandangannya. Dosen Fisipol Universitas Samawa (UNSA) ini menggunakan dua pendekatan dalam menyeleksi calon Dirut PDAM (Perumdam Batu Lanteh). Pendekatan pertama adalah pendekatan politis, dimana proses yang dilalui, semuanya proses politik. Ujungnya nanti, bupati yang akan menentukan. Pendekatan kedua, adalah pendekatan substantive. Dari pendekatan ini, Panitia Seleksi (Pansel) akan melihat kapasitas yang dimiliki para calon Dirut PDAM. “Kedua pendekatan itu tidak ada masalah, sama-sama sah,” kata Heri, Rabu (24/8).

Namun yang paling penting menurut dia, Bupati sebagai aktor penentu Dirut terpilih harus mampu menentukan orang berbasis pada “problem solving”, sebagai wujud political will. “Jika bupati benar-benar ingin memperbaiki PDAM kedepan harus memiliki political will, sebab institusi ini adalah institusi yang terus berkecamuk dengan berbagai permasalahan klasiknya,” ujar Heri mengingatkan.

Dalam hal ini, terlebih dahulu bupati harus mampu memahami permasalahan mendasar PDAM sebelum menentukan pemimpin institusi tersebut. Ini penting agar Bupati memiliki referensi dalam menentukan siapa Direkturnya.

Baca Juga:  DWP KCD Dikbud Sumbawa Siap Sukseskan Misi Ketahanan Perempuan dan Keluarga 

Disebutkan Heri, ada dua permasalahan mendasar PDAM yaitu kelembagaan dan teknis. Untuk kelembagaan merupakan masalah puncak dari institusi ini, karena manajemen organisasi yang dinilainya kacau. Manajemen organisasi yang kacau akan mempengaruhi kinerja, termasuk hal-hal teknis.

“Sehebat apapun dia menguasai hal-hal teknis lapangan tentang perairan, jika dia lemah pada manajemen organisasi, maka pasti kinerja menjadi buruk. Sebab aspek tersebut menjadi dasar munculnya berbagai masalah dalam tubuh institusi, termasuk konflik dalam organisasi,” imbuhnya.

Sedangkan terkait dengan masalah teknis, sambung Heri, salah satunya adalah debit dan volume air yang semakin berkurang. Pemimpin PDAM terpilih ke depan, harus mampu menstabilkan volume dan debit air di hulu dengan baik agar aliran ke hilirnya (masyarakat) lebih lancar, di samping persoalan lainnya. “Dari dua masalah itu, yang paling utama adalah masalah kelembagaan, sebab jika lembaga sudah bagus, maka masalah teknis akan terselesaikan. Menjadi pemimpin di PDAM tidak harus menguasai hal-hal teknis, sebab domainnya berada pada pemimpin pada level menengah (manajer) atau tenaga fungsional di level menengah, mereka punya tenaga-tenaga teknis yang sudah terbiasa dengan pekerjaan teknis,” bebernya.

Menjadi pemimpin di PDAM adalah mereka yang memahami manajemen organisasi (kelembagaan), apakah mampu mengarahkan orang di dalamnya dengan baik, mampu mengelola keuangan secara efektif dan efisien, berinovasi dalam memaksimalkan kinerja SDM yang ada, serta mampu meletakkan orang sesuai dengan kapasitasnya (merit sistem) dengan tidak melihat senior-junior tanpa adanya resistensi. “Inilah yang paling dibutuhkan di PDAM saat ini. Adapun baik buruknya masalah teknis adalah akibat dari manajemen organisasi tadi, nah bupati harus melihat aspek itu secara total sebelum menentukan siapa Dirut dari ketiga orang yang tersisa,” tandasnya.

Baca Juga:  Panitia HAB Kemenag ke 77 Siapkan 10 Mata Lomba 

Disinggung latar belakang ketiga calon Dirut PDAM hasil seleksi akhir Pansel, Heri melihat dari akademik, sama-sama tidak berijazah formal tentang teknik sipil/perairan/mesin. Artinya, mereka berangkat dari posisi yang sama, sehingga memiliki kesempatan yang sama dari sisi tersebut.

“Saya tidak tahu jika salah satu dari mereka atau semuanya, ada yang pernah mendapatkan pendidikan non formal (pelatihan) tentang hal-hal teknis yang berhubungan dengan PDAM. Namun yang paling penting dari ketiga calon ini adalah siapa yang memiliki kemampuan manajemen organisasi yang baik. Ini bisa dilihat dari perilaku atau sikap, pengalaman, kemampuan manajerial, kemampuan lobi, kemampuan komunikasi, kemampuan hubungan personal dengan personal lainnya. Tapi semuanya tergantung pada political will Bupati Sumbawa,” pungkasnya. (PS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *